DEMOKRASIKAH ?
Demokrasi sering disebut
“pemerintahan oleh opini publik”. Artinya pemerintah memberikan kebebasan
terhadap masyarakatnya. Tapi kebebasan yang bagai mana yang sebenarnya ?
Seorang kritikus H.z. Mencken,
pernah menggambarkan demokrasi dengan istilah yang tidak enak didengar, tapi
kenyataan nya benar “demokrasi adalah seni dan ilmu menyelenggarakan sirkus
dari kandang monyer”, artinya, bagaimanapun yang bakal kebinggungan bukan
monyet-monyet itu, melainkan mereka yang merasa tau tentang apa itu
sesungguhnya Demokrasi, tetapi mereka menggabaikannya. Jadi apa arti sebenarnya
dari Demokrasi ?
Demokratia (kekuasaan rakyat)
lahir menyusul revolusi rakyat di Yunani pada tahun 508 SM. Adalah benar dan
semua orang pasti tau. Tetapi, pengalihan dari demokrasi sebagai perlawanan
rakyat terhadap penguasa kepada demokrasi, dengan system kepartaian yang
berkedok suara rakyat, dipakai untuk kepentingan pribadi dan kelompok, bukan
memperjuangkan hak rakyat yang diwakilinya, jarang orang tau.
Dalam konsep demokrasi, kekuasaan
tertinggi ada pada rakyat, rakyat diberi kebebasan mutlak untuk bersuara.
Rakyat lah yang dapat menentukan siapa pemimpin nya. Suara rakyat lah sebagai
suara kedamaian.
Thomas hobbes (1588-1679) pernah
mengatakan, rakyat mempunyai kekuasaan absolute. Teori ini juga yang kemudian
melahirkan Negara-negara modern dan meruntuhkan kekuasaan raja-raja yang
dianggap bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi.
Indonesia adalah Negara yang
menganut sistem Demokrasi, tetapi dibalik semua itu demokrasi hanya lah sebuah
langkah pendek bagi pemerintah untuk menguasai rakyat serta demi melindungi
rahasia-rahasia penting Negara. System dinegara ini sudah sangat morat marit
(tidak jelas), Birokrasi pemerintahan nya masih mementingkan kepentingan
pribadi, begitu juga hal nya dengan
partai politik nya, yang hanya mementingkan kepentingan kelompok nya
dari pada rakyatnya.
Dimana letak demokrasi Negara ini
?,
Mungkin saat nya kita mempelajari
histori Negara ini, saat runtuhnya rezim penguasa negeri ini “soeharto”. Arus
kapitalis yang mulai menggakar cepat telah membuat jiwa social negeri ini
memudar. Hilangnya jiwa social ini lah yang membangun keterpurukan, dimana
semua orang hanya mementingkan dirinya sendiri, tanpa memikirkan kepentingan
orang banyak.
Negeri ini bagaikan surga bagi
penguasa, dan neraka bagi rakyatnya, korupsi dan nepotisme terus Berjaya, wakil
rakyat buta akan harta-hartanya, sedangkan rakyat terus menderita tak berdaya.
Berbagai peristiwa politik pun ditanah air saat ini cenderung melingkar-lingkar,
berputar di angkasa tanpa pernah menyentuh tanah, dari isu ke isu muncul silih
berganti, tumpang tindih tak tahu kapan
akan berakhir. Belum selesai satu kasus muncul kasus yang lain, dengan
menyisakan pertanyaan ironis. Setelah itu akan ada isu apa lagi ? apakah negeri
ini sedang belajar berbicara, tetapi tidak mampu menyelesaikan persoalan secara
tuntas. Jika ini terus berlarut dan pemerintah tidak mendengarkan aspirasi
rakyat nya, revolisi akan terjadi lagi dinegeri ini.
Mungkin, Untuk mewujudkan
pemerintah yang demokratis, pemerintah harus mulai menerapkan system demokratis
terlebih dahulu ditubuh partai, selain itu agar system bisa menyebar sampai
kedesa-desa. Karena jika seseorang dapat memimpin sebuah desa dengan baik dan
benar, maka mereka dapat pula mengatur sebuah wilayah dengan baik, bahkan
mereka mampu mengatur sebuah kota dengan baik pula.
System demokrasi adalah benar
untuk diterapkan dalam sebuah Negara, tetapi seiring system ini mulai menyebar
luas, demokrasi di Indonesia hanya menjadi sebuah nyanyian Negara dan penguasa
untuk melalaikan rakatnya.
SBY pernah menggigatkan “jangan
ada dusta di antara kita” tapi lihat lah, kini siapa yang berdusta ?
Demokrasi hanya lah sebuah
nyanyian Negara untuk melindungi otak-otak koruptor dinegeri ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar