Kamis, 29 Desember 2011

Sudah Makmurkah Kita ??


SUDAH MAKMURKAH KITA ?

Berbicara standart upah minimum seakan tidak ada habisnya untuk diperdebatkan. Tetapi sebagai perbandingan nyatanya mari kita bandingkan dengan sebungkus nasi warteg / nasi padang.Mari kita renungkan kembali. Pada waktu tulisan ini dibikin yaitu pada awal tahun 2008 di Jakarta,
-sebungkus nasi warteg/padang dengan lauk standart adalah Rp.8000
-Kebutuhan transportasi standart dari rumah ke kantor Rp.15.000,- /hari
-Kontrak Rumah sederhana/petak/type 21 di pinggiran jakarta rata-2x Rp.8.000.000,- /thn atau sama dengan Rp.650,000/bln
-kebutuhan air minum (Pake isi ulang) per galon Rp.3000 pemakaian rata-2x rumah tangga kecil 3 anggota keluarga rata-2x 1 galon/hari
-kebutuhan listrik rumah tangga sederhana non AC Rp.150,000 / bulan.
Dari data-2x diatas mari kita coba hitung seberapa besar biaya hidup yang harus ditanggung seorang pria berkeluarga dengan 1 istri dan 1 anak dalam 1 bulan.
-biaya makan @Rp8.000,- x (3 kali sehari) x(3 anggota keluarga) x (30 Hari) =Rp. 2.160.000,-
-kebutuhan transportasi Rp.15.000 x (22 hari kerja)= Rp.330.000,-
-Kebutuhan kontrak rumah per bulan = Rp.650.000,-
-kebutuhan air minum Rp.3000x(30 hari)=Rp.90.000,-
-kebutuhan listrik per bulan Rp.150,000,-
Total Kebutuhan = Rp.3.380.000,-
Total kebutuhan diatas baru kebutuhan yang sangat vital belum termasuk biaya sekolah anak,biaya cadangan kesehatan kalau sewaktu-waktu sakit dan tabungan hari tua. Dengan mendapatkan pendapatan sebesar diatas pada saat ini sebenarnya anda termasuk golongan rakyat miskin.
Bayangkan anak kita tanpa pendidikan dan hidup tanpa tabungan hari tua dan dana cadangan kesehatan. Bisakah kita bayangkan generasi apa yang akan ada sekitar 20 tahun yang akan datang dari sekarang?

Dengan perhitungan biaya kenaikan gaji 10% setahun pun sebenarnya anda tidaklah benar-2x naik gaji bahkan tekor mengingat inflansi riil di Indonesia adalah sebesar 12% pertahun sedangkan kita bisa lihat sendiri kenyataannya pada diri kita dan lingkungan disekitar kita berapa banyak yang mendapatkan penghasilan “standart vital” seperti diatas?
berapa persenkah dari para pekerja yang rutin mendapatkan kenaikan upah 10% setiap tahun? mau jadi seperti apa generasi penerus bangsa ini dengan kenyataan pahit yang sekarang ini terjadi?
Tulisan ini bukannya menakut-nakuti ini adalah fakta yang terjadi saat ini di negara kita. Mari sekarang kita bandingkan dengan biaya hidup di Tokyo Jepang yang termasuk dengan golongan salah satu kota dengan biaya hidup termahal didunia berikut ini data-datanya
1. Upah minimum tokyo 800-900 yen /jam-nya
2. Biaya Listrik standart rata-rata sebulan 3000-5000 yen.
3. Biaya telephon Hp & Biasa variatif, tergantung Operator dan ambil paket2 nya, averagenya HP 35yen/ 30 detik, Biasa 8-10 yen / 30 detik.
4. Untuk makan Kelas warteg : misal Soba/udong, Gyudon(meat bowl) bisa mulai dari 350 yen.
5. Jaringan Internet 24 jam full berlangganan Incl TV cable range 5000-7000 yen (tergantung paket dari providernya).
6. Kost/kontrak rumah 50,000 Yen
Artinya, kalo kita lihat biaya hidup orang Jepang yg belum nikah di Tokyo,
1. Upah minimum/bulan = 800Yen x 8jam/hari x 22 hari/bulan = 140,800 Yen.
2. Listrik = 5000 Yen ,sekitar 3.5% dari upah minimum.
3. Handphone, bicara 10 menit/hari = 300 menit/bulan, biayanya 21,000 Yen, sekitar 15% dari upah.
4. Makan, 3 x sehari = 90 x sebulan, biayanya 90x400Yen = 36,000 Yen, sekitar 25% dari upah minimum.
5. Internet, 7,000 Yen per bulan, sekitar 5% dari upah minimum.
6. Kost/kontrak rumah 50,000 Yen/bulan sekitar 35% dari upah.
7. Sisa upah setelah biaya 1-6, sekitar 21,800 Yen, buat ongkos, main, dll bandingkan dengan keadaan kita sekarang yang berada di Jakarta.
Lebih jauh lagi kita coba bandingkan dengan kehidupan zaman eyang kita di masa pemerintahan kolonial. Pada tahun 1854 pemerintah Hindia Belanda melakukan pembaharuan sistem mata uangnya, yang mana 1 Gulden sama dengan 100 Cents.
Kesejahteraan penduduk Bumiputera pada masa kolonial sampai awal abad 20 memang rendah sekali dibanding penduduk golongan Eropa, China dan Timur Asing lainnya. Ketika pada 1888 pendapatan per kapita per tahun orang Eropa mencapai 2100 Gulden dan orang Timur Asing berpendapatan 250 gulden, pendapatan per kapita per tahun penduduk Bumiputera hanyalah 63 Gulden atau 5,25 Gulden per bulannya pada masa penjajahan Belanda 1930
Sumber data diatas berasal dari situs resmi sejarah bank Indonesia.
Nah berikut ini data yang dikutip dari mendiang eyang saya sebagai bahan perbandingan
- 1 nasi bungkus (0,5 sen/bungkus)
- Gaji Guru bantu = 50 gulden = 10.000 nasi bungkus
- gaji pembantu = 75 Sen/bulan = 150 nasi Bungkus
- harga Rumah Standart = 1000 Gulden = 200.000 nasi bungkus
Kalau ukuran diatas dijadiin ke masa sekarang okey kita hitung – nasi bungkus warteg/padang anggap 8.000
- gaji guru bantu 80jt/bulan (WOW)
- gaji pembantu = 1.2 Jt/bulan
- harga Rumah = 1,6 Milyar(masuk akal kan?)
makanya zaman dulu orang beranak sampai 12 orang masih santai. Kalo direnungkan sebenarnya apakah kita ini sudah merdeka? buat apa proklamasi kemerdekaan, buat apa reformasi kalo standart hidup kita sekarang malah lebih buruk dibandingkan dengan masa penjajahan belanda yang “katanya” tertindas?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar