===========================Perlukah gulingkan SBY ???=====================
Gerakan Gulingkan SBY, Perlukah?
- Menjelanng Satu tahun pemerintahan SBY-Boediono, kembali diterpa isu
penggulingan terhadap SBY. Wacana pengulingan ini juga sudah pernah terjadi
pada moment 100 hari pemerintahan SBY, dan moment-monet lainya. Akan tetapi isu
pemkzulan kali ini lebih bergaung dan lebih diperhitungkan oleh SBY-Boediono,
hal ini dtandai dengan banyaknya aksi Counter (reaksi) yang dilakukan oleh
Pendukung SBY terutama Partai Demokrat.
Gerakan Gulingkan SBY dipelopri
oleh Petisi 28 , yang sudah berapa kali melakukan aksi termasuk menggalang
kekuatan melalui jejaring sosial (gerakan Aktivis 98 Turunkan ABY-Boediono)
sampai dengan melakukan Demonstrasi. Alasan mereka Karena Rezim SBY telah
terang-terangan melanggar UUD 45, khususnya pasal 33 dan tidak mengaplikasikan
nilai-nilai dasar Pancasila dalam menjalankan Pemerintahannya sehingga dalam
kepemimpinannya selama ini telah mengabaikan kepentingan dan kedaulatan Rakyat,
Bangsa dan Negara. Serta menjauhkan rakyatnya dari hak utamanya, yakni Hidup Sejahtera,
Adil dan Makmur sesuai Pancasila dan UUD 1945.
Setahun pemerintahan SBY-Boediono
memang belum memeberikan kepuasan kepada masyarakat, hal ini dapat kita lihat
dari turunnya popularitas dan tingkat kepuasaan masyrakat terhadap SBY-Boediono
yang dilakukan oleh beberapa lembaga survey.
Tidak terselesaikanya permasalahan-permasalahan yang memakan
perhatian publik seperti Skandal Bank century, Mafia Pajak, rekening gendut
Polri, Mafia peradilan ditambah program pro rakyat yang belum nyata membuat
ketidak percayaan masyrakat tumbuh, termasuk para konstituen SBY yang sebesar
60 %.
Kegagalan SBY-Boediono dalam
kurun waktu setahun ini, juga dapat kita
lihat pada kebijakan luar negeri SBY yang
membuat kita sebagai bangsa Indonesia merasa sangat dikucilkan, penyelesaian
kasus penculikan petugas kelautan yang dilakukan oleh Malaysia, ketakutan SBY
terhadap Gugatan RMS dibelanda merupakan contoh betapa tidak berwibawanya
pemerintahan kita.
Sikap arogansi dari SBY juga
sering kita lihat, mulai dari aksi marah-marah, tidak mematuhi peraturan
perundang-undangan seperti tidak menjalan putusan MA tentang UN, mengajukan
calon kapolri yang bukan rekomendasi Kompolnas, padahal salah satu jargon
politik SBY adalah "jadikan hukum sebagai panglima".
Politik santun dan cerdas yang
selama ini menjadi image dari SBY ternyata hanya polesan agar masyrakat
simpati, tapi kenyataannya berbeda sekali, wajarlah banyak masyarakat yang
bertanya SBY mana janji-janjimu ?
Akumulasi pengamatan objektif
kinerja SBY-Boediono diatas tentunya membuat kita berpikir apakah SBY masih
layak dipertahankan jadi Pemimpin bangsa ini ?
Terlepas dari apa yang menjadi
kepentingan dari perlopr gerakan ini,kita layak memberikan apresiasi , karena
control sosial seperti ini sangat perlu bagi kemajuan bangsa ini, agar penguasa
tidak menjadi lupa daratan sehingga menjadi otoriter dan lupa pada rakyat.
Tinggal bagaimana Pemerintahan SBY-Boediono menyikapi gerakan ini, apakah
memposisikan gerakan ini sebagai Aksi kritis destruktif ataukan Aksi Kritis
yang Konstruktif dalam kerangka membangun Indonesia menuju lebih baik. Kami
tunggu kebijaksanaanmu wahai Presidenku..!!! (Don)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar